Agustus 2016

Rabu, 31 Agustus 2016

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN VENTILASI MEKANIK / VENTILATOR

Untuk penjelasan tentang ventilator,sudah dibahas pada artikel sebelumnya. Untuk bahasan ini hanya mengulas ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN VENTILATOR, marilah kita cekidottt >>>>





PATOFISIOLOGI
Semua jenis penyakit pada fase berat dapat menimbulkan terjadinya inpending gagal napas atau gagal napas.
Apabila pasien dalam ke adaan ini (klik di sini / pembahasan ventilator) maka dibutuhkan ventilasi mekanik (ventilator).

PEMERIKSAAN PENUNJANG
  1. .Analisa gas darah /AGD serial
  2. Rontgen Thorak serial
  3. Lab : Kultur sensi- spuntum , elektrolit, dll
  4. EKG : 12 lead, Monitor
  5. Pemeriksaan fisik
MANAJEMEN TERAPI
  1. Observasi . Observasi yang paling penting adalah pengawasan perawat terhadap kondisi pasien yang selaras dengan ventilator, tidak ada perlawanan , atau malah tidak adanya hubungan dengan ventilator. VS (Tensi, nadi, irama pernafasan, observasi neurologis) , tiap jam. CVP : tiap 2 jam. Suhu : tiap 4 jam. Observasi ventilator : tiap jam. AGD : minimal tiap hari. Mengobservasi suara paru setiap shift. Balance cairan tiap 2-3jam.
  2.  Suction. Dilakukan untuk membersihkan parudari sekresi-sekresi dan untuk menghindari sumbatan pada tube, hal ini penting! tidak hanya untuk membersihkan sekret-sekret dari paru-paru namun juga untuk mengeck ETT, terrsumbat atau tidak, ini dilakukan minimal tiap 2 jam, atau sesuai kebutuhan. 
  3. Pertukaran gas secara optimal. untuk meningkatkan jalan nafas dilakukan ventilasi pada paru-paru. Posisi yang baik diberikan  adalah posisi semi fowler walaupun ada kontraindikasi, seperti pada pasien cidera tulang belakang. Dengan batuan perawat pasien diberi posisi upright agar paru paru dapat mengembag lebih mudah. Pasien juga memerlukan miring kiri dan kanan untuk membantu kerja paru paru dan mencegah decubitus.
  4.  Kebersihan umum dan perawatan kulit Memandikan pasien, perawatan mulut, perawatan mata, perawatan daerah yg tertekan.
  5.  Emosi. Munculnya perasaan yang sangat menakutkan pada pasin pasien dengan ventilator, hal ini karena pasien tidak dapat bicara, pasien tidak dapat  mengerti dengan baik  karna penyakitnya dan daya ingat pasien kurang baik karena pemberian obat obatan . Perawatlah seharusnya mencoba dan memberikan kenyamanan pada pasien dan selalu menjeaskan apa saja yang sedang terjadi setiap saat.
  6.  Nutrisi.  Untuk mempertahankan kekuatan otot, nutrisi sangat penting bagi pasien dengan ventilator, walaupun keadaan pasien mulai membaik. Jika pasien menggunakan ventilator selama lebih dari 3 hari, pasien sharusnya diberi makanan parenteral atau enteral. Makanan enteral memiliki beberapa keuntungan yang penting dibanding TPN, yaitu :
  •  membantu mencegah stres ulcer
  •  mempertahankan lingkungan
  •  mempertahankan lingkungan GIT yang normal.
  •  Sedikit  menimbulkan infeksi.
Adanya diare sebaiknya di atasi dengan lamonil dan sedapat mungkin kurangi frekwensi pemberian makanan dan mulai kembali pemberian maknan dengan pelan pelan.
7.  Pencegahan komplikasi.
 Mempertahankan jalan napas dg cara :
  • Mencegah extubasi oleh sendiri
  • Mempertahankan posisi kedalaman ETT
  • Humidifikasi yang optimal, untuk mencegah tersumbatnya ETT.
ASUHAN KEPERAWATAN
 

Diagnosa yang lazim muncul, Rencana ,serta intervensi

1. Bersihkan jalan nafas tidak efektif
 Definisi : Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi  dari saluran pernafasan untuk mempertahankan kebersihan jalan nafas.

Tujuan : bersihan jalan napas adekuat.  
Kriteria hasil : 
  • Tidak nampak sesak napas,
  • RR 12-20x/mnt
  • Irama reguler, 
  • Suara paru vesikuler, 
  • Batuk efektif, 
  • tidak ada sianosis.
Intervensi :
  • insersi jalan napas dan sterilisasi
  • manajemen jalan napas
  • kurangi kecemasan
  • manajemen jalan napas buatan
  • pencegahan aspirasi
  • fisioterapi dada
  • ventilasi mekanik
  • weaning ventilasi mekanik
  • terapi oksigen
  • pengaturan posisi
  • monitoring respirasi
  • bantuan ventilasi 
  • monitoring tanda vital
2. Gangguan pertukaran gas
 Definisi : Kelebihan atau kekurangan dalam oksigenasi dan /atau pengeluaran karbondioksida di dalam membran kapiler alveoli.

Tujuan :  analisa gas darah pasien dalam batas normal
Kriteria hasil :
  • kesadaran composmentis kec pada pasien gangguan SSP
  • keluhan sakit kepala dan kelemahan tidak ada
  • PH darah arteri 7,35-7,45
  • PCO2 35-45mmHg, 50-60 pada pasien PPOK
  • PO2 > 80mmHg
  • ekg sinus ritem
  • HR 60-100x/menit
  • RR 12-20x/mnt
  • Tidal Volume 8-10 ml/kg BB
  • tidak tampak sesak napas
  • sianosis tidak ada
  • warna kulit tidak pucat
  • tidak ada keringat dingin
  • tidak ada nasal flaring
Intervensi : 
  • manajemen asam basa
  • monitoring asam basa
  • manajemen jalan napas
  • interpretasi data laboratorium
  • terapi oksigen
  • monitoring respirasi
  • monitoring tanda vital
3. Pola nafas tidak efektif
Defenisi : pertukaran udara inspirasi dan atau ekspirasi tidak adekuat.

Tujuan: Pasien mempertahankan pola napas efektif.
Kriteria hasil :
  • RR 12-20x/menit, irama reguler
  • Tidal volume 8-10ml/kg BB
  • tidak ada penggunaan otot otot tambahan respirasi
Intervensi :
  • manajemen jalan napas
  • Kurangi kecemasan
  • ventilasi mekanik
  • weaning ventilasi mekanik
  • terapi oksigen
  • monitoring respirasi
  • monitoring tanda vital
4. Kerusakan ventilaasi spontan
Defenisi: Penurunan cadangan energi yg dihasilkan dr ketidakmampuan individu utk mempertahankan keadekuatan pernafasan untuk menunjang kehidupan.

Tujuan;  Mempertahan ventilasi yang adekuat
Kriteria hasil :
  •  tidak tampak sesak napas
  • tidak ada penggunaan otot otot tambahan pernapasan
  • pasien kooperatif
  • kelemahan berkurang
  • penurunan metabolisme rate
  • PH arteri darah 7,35-7,45
  • PCO2 35-45mmHg 50-60 mmHg utk PPOK
  • PO2>80mmHg
  • SaO2 95-100%
  • tidalvolume 8-10ml/kgBB
Intervensi :
  •  monitoring tanda vital
  • monitoring respirasi
  • terapi oksigen
  • ventilasi mekanik
  • manajemen asam basa
  • manajemen jalan napas
  • kurangi kecemasan 
  • manajemen jalan napas buatan
  • lakukan tindakan dg tenang
  • fisioterapi dada
  • dukungan sosial
  • manajemen energi
  • manajemen cairan dan elektrolit
  • resusitasi cairan

5. Disfungsi respon penyapihan ventilator.
Definisi : Ketidakmampuan untukmengatur pada tekanan terrendah dukungan ventilasi mekanik saat menjelang dan memperpanjang proses penyapihan.

Tujuan; Pasien dapat dilakukan penyapihan ventilator

Intervensi :
  • manajemen asam basa
  • manajemen jalan napas
  • manajemen jalan napas buatan
  • pencegahan aspirasi
  • ventilasi mekanik
  • weaning ventilasi mekanik
  • bantuan ventilasi
6. Ketidakseimbangan nutrisi
Definisi : Keadaan dimana individu mengalami nutrisi tidak mencukupi kebutuhan metabolik.

Tujuan ; Pasien mempertahankan berat badan dan mendekati berat badan normal

Intervensi : 
  • petunjuk diit
  • manajemen gangguan makan
  • manajemen cairan
  • monitoring cairan
  • manajemen nutrisi
  • terapi nutrisi
  • konseling nutrisi
  • monitoring nutrisi
  • montoring tanda vital 
7. Kerusakan komunikasi verbal.
Defenisi : Penurunan, keterlambatan, dan ketidakseimbangan utuk menerima, memproses, mentransmisi, dan menggunakan sistem simbol simbol.

Tujuan ; Mempertahankan komunikasi dg metode lain

Intervensi : 
  • kurangi kecemasan 
  • keberadaan perawat dekat pasien
  • sentuhan
  • peningkatan komunikasi defisit bicara
8. Nyeri
Defenisi : sensori yg tidakmenyenangkan dan pengalaman emosionsl yg muncul secara aktual, atau potensial kerusakan jaringan .

Tujuan ;  nyeri akan hilang atau terkontrol

Kriteria hasil : 

  •  vas 0 atau 1
Intervensi : 
  • manajemen nyeri
  • pemberian analgetik


9. Resiko cedra
Def : sebagai hasil dari interaksi komdisi lingkungan dg respon adaptip individu dan sumber pertahanan.

Tujuan ; Pasien bebas dari cidera selama terpasang ventilator
  • Intervensi : manajemen jalan napas buatan 
  • pengaturan posisi
 10. Resiko perfusi jaringan tidak efektifDef: penurunan pemberian oksigen dlm kegagalan memberi makan pd jaringan tingkat kapiler.

Tujuan ; mempertahankan haemodinamik distatus mental setabil
Intervensi :  
  • manajemen asam basa 
  • monitoring asam basa
  • manajemen disritmia
  • perawatan emergency
  • manajemen cairan dan elektrolit
  • monitoring cairan
  • manajemen hipovolemik
  • monitoring haemodinamik secara invasif
  • manajemen syok
  • monitoring tanda vital
11. Resiko infeksi
Def : keadaan dimana individu pada resiko tinggi untuk dimasuki organisme patogen.

Tujuan ; pasien tidak mengalami infeksi nasokomial
Intervensi : 
  • kontrol infeksi 
  • pencegahan infeksi 
  • monitoring elektrolit
  • manajeme cairan dan elektrolit
  • manajemen nutrisi
  • pengaturan posisi
  • perawatan luka

12. Resiko ketidak seimbangan volume cairan
Def : Resiko penurunan, peningkatan, atau cepatnya pertukaran intravasekuler , intersisil, dan atau cairan intra selular. Ini berhubungan dg kehilangan cairan tubuh, pertambahan atau keduanya. 

Tujuan ; mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit dalam keadaan normal.
Intervensi :  
  • manajemen cairan dan elektrolit 
  • monitoring elektrolit
  • monitoring cairan
  • monitoring tanda vital

Jumat, 26 Agustus 2016

CDC: Sepsis Is A Medical Emergency, Can Be Stopped If Caught Early

The most common illnesses that usually lead to sepsis include pneumonia and infections of the urinary tract, skin and gut. (Image used for representation only.)
(Photo : Christopher Furlong/Getty Images)
The Centers for Disease Control and Prevention has named sepsis a medical emergency. According to the agency, at least 72 percent of patients with this rapid-acting and fatal illness were seen by doctors and nurses but failed to catch it earlier to prevent it.


The Washington Post reported the CDC identifying pneumonia and infections of the urinary tract, skin and gut as the most common leading illness that usually causes sepsis. Unfortunately, there are no specific tests to check for sepsis and symptoms can be different among each person, which often is the reason why it is not detected early.
ADVERTISEMENT
It is a complication of an infection that can lead to life-threatening conditions like tissue damage, organ failure, and even death. However, the report said that there are different ways medical personnel can do to avoid sepsis from happening. These include vaccinating against pneumonia, preventing the spread of infection by hand washing and increase people's awareness about sepsis. "When sepsis occurs, it should be treated as a medical emergency," CDC Director Tom Frieden said in a press release. "Doctors and nurses can prevent sepsis and also the devastating effects of sepsis, and patients and families can watch for sepsis and ask, 'could this be sepsis?'"

According to International Business Times, the six key signs and symptoms of sepsis are shivering, fever or feeling cold, extreme pain or discomfort, clammy or sweaty skin, confusion or disorientation, shortness of breath and an elevated heart rate. In the United States, between one to three million people are diagnosed with sepsis every year. The condition's prognosis is very good if caught early, but mortality rate increases to 25 to 30 percent for severe sepsis and 40 to 70 percent in cases where septic shock happens. The report also said that a person has a 7.6 percent chance of survival when he goes into septic shock with the rate decreasing by the hour without treatment.
"This report is putting a face on sepsis and documenting that it is still a huge problem, and it doesn't have to be. Far too many people die from sepsis today. Sepsis is an unrecognized killer [and] a medical emergency," Frieden said.

Meanwhile, newsy-today.com also reported that included in the CDC's report is a study of 325 patients (246 adults and 79 children) who had been diagnosed of a certain condition between Oct. 2012 and Sept. 2013 at four different hospitals in New York. Results showed that more than 7 to 10 patients had chronic conditions requiring routine care or had visited healthcare services in the 30 days prior. Of those patients, 30 percent died.
It was found that pneumonia, with was the most common illness that led to sepsis with a total of 35 percent. Urinary tract infections were at 25 percent, gastrointestinal infections at 11 percent, followed by skin or soft tissue infections at 11 percent. The most common pathogens identified from blood samples in the study that caused sepsis are Staphylococcus aureus, Escherichia coli , and certain types of Streptococcus.
"An infection that is getting worse and is not treated can lead to sepsis. We call on healthcare providers to take opportunities to prevent, identify, and rapidly treat patients with sepsis and to educate patients and family members about sepsis," Frieden ended.

source :http://www.scienceworldreport.com/articles/46054/20160825/cdc-sepsis-is-a-medical-emergency-can-be-stopped-if-caught-early.htm#

Pretend Mommy' program doesn't deter teen pregnancy

Teens are more, not less, likely to become pregnant if they take part in prevention programs that use lifelike robot babies to demonstrate the realities of motherhood, a new trial shows.
Australian girls given a baby simulator for a weekend were 36 percent more likely to become pregnant during their teenage years, compared to girls in a control group who only received standard health education, researchers found.
"Unfortunately, and surprising for us, the intervention definitely didn't work. It seemed to increase the pregnancy rate," said study author Sally Brinkman, an associate professor with the University of Western Australia.
Overall, the live birth rate was double for girls who participated in the infant simulator program -- 8 percent compared with 4 percent for the control group, researchers found.
The baby simulator program also appeared to convince girls to give birth rather than seek an abortion once they became pregnant, Brinkman said.
About 54 percent of the pretend mommies opted for abortion after they became pregnant, compared with 60 percent of girls in the control group.
These results run counter to the intention of the program, which has been implemented in as many as 89 countries worldwide. It should make school districts think twice about employing baby simulators in their pregnancy prevention efforts, Brinkman said.
The robot babies are designed to "put students off" the idea of pregnancy by providing a realistic simulation of motherhood, she said.
"They are extremely life-like," Brinkman said. "You have to change their [diapers]. You have to breast-feed them. They cry a lot, right through the night. They're programmed to act like a 6-week-old baby."
For this study, more than 1,260 girls aged 13 to 15 in the Perth, Australia metropolitan area took a six-day pregnancy prevention class that included taking home the baby simulator for a weekend. Another 1,567 girls participated in the control group and received standard health education.
Researchers followed the girls until age 20 to see how many would become pregnant, and whether they would give birth or choose an abortion.
About 17 percent of the baby simulator group became pregnant during their teen years. By comparison, only 11 percent of the control group became pregnant, according to findings published Aug. 25 in The Lancet.
The baby simulators tend to attract a lot of attention, which might blunt the intended message and instead make having a baby seem attractive, Brinkman said.
"It became quite a family thing to look after the baby simulators. There was quite a bit of positive attention as such," she said.
The program also might have failed because the girls didn't have the robot babies long enough to make an impact, Brinkman said.
Based on what's known about the developing teenage brain, it's very likely that girls caring for a baby simulator would come to the "counterintuitive" conclusion that motherhood might be easy and fun, said Bill Albert, chief program officer of the National Campaign to Prevent Teen and Unplanned Pregnancy in Washington, D.C.
"We know through brain research that the part of the teenage brain that is still in high development is the prefrontal cortex, which is the part of your brain that helps you understand future consequences," Albert said.
Teenagers might find it difficult to care for a simulated baby, but they won't necessarily make the connection between that and the even tougher task of raising their own live baby, he said.
"For some teenagers, they actually believe that the simulated baby has to be more challenging than a real baby would be," Albert said.
Teen pregnancy rates have declined significantly over the past two decades in the United States, falling to 24.2 births per 1,000 in 2014, according to the U.S. Department of Health and Human Services.
Albert attributes the decline to teenagers having less sex and using good forms of contraception when they do, including low-maintenance and highly effective methods like IUDs and birth control implants.
Positive peer influence also plays a role, driven in part by MTV shows such as "16 and Pregnant" or "Teen Mom" that show the true challenges of teen motherhood, Albert added.
"Young people tell us over and over again that they see these shows as cautionary tales," he said. "They see them as more sobering than salacious."
More information For more on teen pregnancy prevention, visit the U.S. Department of Health and Human Services.
Copyright © 2016 HealthDay. All rights reserved.

source : http://www.upi.com/

Many teens 'vaping' for flavor, not nicotine

Why are American teens tempted to try an e-cigarette? A new study suggests most are interested in the vaping product's flavoring, not nicotine.
A team led by Richard Miech, of the University of Michigan's Institute for Social Research, tracked the responses of nearly 15,000 students who took part in a 2015 U.S. nationwide survey.
More than 3,800 of the students -- who were in grades 8, 10 and 12 -- said they had used e-cigarettes at some point.
Of those who had used e-cigarettes within the past month, more than 1,700 had done so at least once; nearly 1,100 had done so up to five times; and more than 600 had done so more than half a dozen times, the findings showed.
Among the students who had ever used e-cigarettes, two-thirds used the device where a non-nicotine, flavored ingredient was used, the survey found.
Nicotine came in at a distant second: Used by 13 percent of 8th graders, 20 percent of 10th graders, and 22 percent of 12th graders.
Relatively few of the students tried vaping marijuana -- just 6 percent to 7 percent of all students, the study found.
The findings suggest that efforts to reduce e-cigarette use among young people may fail if they focus on the dangers of nicotine because most teen users do not believe they are using nicotine, according to the researchers.

Everbuying INT

"These results indicate that while taking into account [e-cigarette] use does indeed increase tobacco/nicotine prevalence, the impact of [e-cigarettes] is likely not as large as might appear by their recent, dramatic increase in use among adolescents," Miech and colleagues wrote.
But one expert in vaping and smoking questioned the findings.
"Although I appreciate the survey results, I question whether the adolescents actually knew for certain that what they were inhaling did or did not contain nicotine," said Patricia Folan. She directs the Center for Tobacco Control at Northwell Health in Great Neck, N.Y.
"There are nearly 500 types of vaping devices and currently the ingredients in these devices are not always known nor do they appear on the product labels," she said. "Consequently, I would have thought that there would be more teens reporting that they did not know what substances they were vaping."
Folan also believes that there's no "harmless" e-cigarette.
"Even without nicotine, inhaled products that contain flavorings can be damaging to the lung tissue and would not be considered safe for adolescents or adults," she said.
The study was published online Aug. 25 in the journal Tobacco Control.
More information
The U.S. National Institute on Drug Abuse has more about electronic cigarettes.
Copyright © 2016 HealthDay. All rights reserved.

sourch :http://www.upi.com/Health_News/2016/08/25/Many-teens-vaping-for-flavor-not-nicotine/8891472167811/

Selasa, 16 Agustus 2016

VENTILATOR / VENTILASI MEKANIK

bebas bayar, pembayaran mudah dan cepat, transaksi online, pembayaran tagihan dan tiket, transfer dana online
Pengertian .Ventilator merupakan suatu alat bantu mekanik yang bertujuan untuk memberikan bantuan nafas dengan cara memberikan tekanan udara positif pada paru-paru melalui jalan nafas buatan dan juga merupakan mesin bantu nafas yang digunakan untuk membantu sebagian atau seluruh proses ventilasi untuk mempertahankan oksigenasi.
 


Tujuan Ventilator antara lain adalah sebagai berikut :
  1. Mengurangi kerja pernapasan.
  2. Meningkatkan tingkat kenyamanan pasien.
  3. Pemberian MV yang akurat.
  4. Mengatasi ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi.
  5. Menjamin hantaran O2 ke jaringan adekuat.

 Dan berikut adalah kriteria indikasi pemasangan ventilasi mekanik
  1. Pasien Dengan Gagal Nafas. Pasien dengan distres pernafasan gagal nafas, henti nafas (apnu) maupun hipoksemia yang tidak teratasi dengan pemberian oksigen merupakan indikasi ventilasi mekanik. Idealnya pasien telah mendapat intubasi dan pemasangan ventilasi mekanik sebelum terjadi gagal nafas yang sebenarnya. Distres pernafasan disebabkan ketidakadekuatan ventilasi dan atau oksigenasi. Prosesnya dapat berupa kerusakan paru (seperti pada pneumonia) maupun karena kelemahan otot pernafasan dada (kegagalan memompa udara karena distrofi otot).
  2. Insufisiensi jantung. Tidak semua pasien dengan ventilasi mekanik memiliki kelainan pernafasan primer. Pada pasien dengan syok kardiogenik dan CHF, peningkatan kebutuhan aliran darah pada sistem pernafasan (sebagai akibat peningkatan kerja nafas dan konsumsi oksigen) dapat mengakibatkan jantung kolaps. Pemberian ventilasi mekanik untuk mengurangi beban kerja sistem pernafasan sehingga beban kerja jantung juga berkurang.
  3. Disfungsi neurologis. Pasien dengan GCS 8 atau kurang yang beresiko mengalami apnoe berulang juga mendapatkan ventilasi mekanik. Selain itu ventilasi mekanik juga berfungsi untuk menjaga jalan nafas pasien serta memungkinkan pemberian hiperventilasi pada klien dengan peningkatan tekanan intra cranial.
  4. Tindakan operasi. Tindakan operasi yang membutuhkan penggunaan anestesi dan sedative sangat terbantu dengan keberadaan alat ini. Resiko terjadinya gagal napas selama operasi akibat pengaruh obat sedative sudah bisa tertangani dengan keberadaan ventilasi mekanik.
Kriteria Pemasangan Ventilasi Mekanik
Menurut Pontopidan (2003), seseorang perlu mendapat bantuan ventilasi mekanik (ventilator) bila :
  1. Frekuensi napas lebih dari 35 kali per menit.
  2. Hasil analisa gas darah dengan O2 masker PaO2 kurang dari 70 mmHg.
  3. PaCO2 lebih dari 60 mmHg
  4. AaDO2 dengan O2 100 % hasilnya lebih dari 350 mmHg.
  5. Vital capasity kurang dari 15 ml / kg BB.
Mode ventilator 
  1. Mode control (pressure control, volume control, continuous mode). Pasien mendapat bantuan pernafasan sepenuhnya, pada mode ini pasien dibuat tidak sadar (tersedasi) sehingga pernafasan di kontrol sepenuhnya oleh ventilator. Tidal volume yang didapat pasien juga sesuai yang di set pada ventilator. Pada mode control klasik, pasien sepenuhnya tidak mampu bernafas dengan tekanan atau tidal volume lebih dari yang telah di set pada ventilator. Namun pada mode control terbaru, ventilator juga bekerja dalam mode assist-control yang memungkinkan pasien bernafas dengan tekanan atau volum tidal lebih dari yang telah di set pada ventilator. Contoh mode control ini adalah: CR (Controlled Respiration), CMV (Controlled Mandatory Ventilation), IPPV (Intermitten Positive Pressure Ventilation)
  2. Mode IMV / SIMV : Intermitten Mandatory Ventilation / Synchronous Intermitten Mandatory Ventilation. Ventilator memberikan bantuan nafas secara selang seling dengan nafas pasien itu sendiri. Pada mode IMV pernafasan mandatory diberikan pada frekwensi yang di set tanpa menghiraukan apakah pasien pada saat inspirasi atau ekspirasi sehingga bisa terjadi fighting dengan segala akibatnya. Oleh karena itu pada ventilator generasi terakhir mode IMVnya disinkronisasi (SIMV). Sehingga pernafasan mandatory diberikan sinkron dengan picuan pasien. Mode IMV/SIMV diberikan pada pasien yang sudah bisa nafas spontan tetapi belum normal sehingga masih memerlukan bantuan.
  3. Mode Pressure Support atau mode spontan. Mode ini diberikan pada pasien yang sudah bisa nafas spontan atau pasien yang masih bisa bernafas tetapi tidal volumnenya tidak cukup karena nafasnya dangkal. Pada mode ini pasien harus mempunyai kendali untuk bernafas. Bila pasien tidak mampu untuk memicu trigger maka udara pernafasan tidak diberikan.
  4. CPAP : Continous  Positif Air Presure.  Ventilator hanya memberikan tekanan positif dan diberikan pada pasien yang sudah bisa bernafas dengan adekuat.Tujuan pemberian mode ini adalah untuk mencegah atelektasis dan melatih otot-otot pernafasan sebelum pasien dilepas dari ventilator. 
Dalam pemberian ventilator juga sebagai tenaga kesehatan tentunya mempunyai beberapa prosedur. Prosedur dalam hal pemberian ventilator sebelum dipasang adalah dengan melakukan tes paru pada ventilator untuk memastikan pengesetan sesuai pedoman standar. Sedangkan pengesetan awal adalah sebagai berikut:

  • Fraksi oksigen inspirasi (FiO2) 100%
  • Frekwensi pernafasan: 10-15 kali/menit
  • Volume Tidal: 4-5 ml/kg BB
  • Aliran inspirasi: 40-60 liter/detik
  • PEEP (Possitive End Expiratory Pressure) atau tekanan positif akhir ekspirasi: 0-5 Cm, ini diberikan pada pasien yang mengalami oedema paru dan untuk mencegah atelektasis. Pengesetan untuk pasien ditentukan oleh tujuan terapi dan perubahan pengesetan ditentukan oleh respon pasien yang ditunjukkan oleh hasil analisa gas darah (Blood Gas).
Bila selama pengobatan serta perawatan di ruang critical care ini keadaan umum pasien membaik maka akan dilakukan penyapihan pada pasien. Penyapihan ini adalah menurunkan secara perlahan set-set dalam mesin ventilator dan disesuaikan dengan kondisi pasien dan bertujuan agar mesin ventilator itu bisa dilepas dan pasien tidak tergantung kepada mesin ventilator.

Beberapa kriteria pasien penyapihan ventilator adalah :

  • Kapasitas vital 10-15 ml/kg BB
  • Kekuatan inspirasi 20 cm H2O atau lebih besar
  • Volume tidal 4-5 ml/kg BB
  • Frekwensi pernafasan kurang dari 20 kali/menit.
demikian sekilaas tentang ventilator (ventilasi mekanik).